02/11/07

Pemiliknya lebih tahu

Beberapa hari ini Brodin menjadi bahan omongan beberapa orang-orang dikampung. Orang-orang itu biasa ngobrol dipinggir jalan yang dilalui Brodin pergi ke pasar dan juga saat pulang dari pasar.

Seperti hari-hari sebelumnya, pagi itu Brodin pergi kepasar untuk menjual barang dagangannya sekaligus belanja barang-barang untuk keperluannya. Brodin kepasar dengan menunggang keledainya yang kecil dan kurus. Keledai itu berjalan cukup pelan dan nampak susah payah dengan beban dipunggungnya. Namun Brodin seolah tidak memperdulikan itu dan terus menunggang keledainya sampai tujuan.

Orang-orang yang biasa ngobrol dipinggir jalan nampak mulai menggunjing Brodin yang sedang lewat didepannya. Salah satu dari mereka menegur Brodin, ”Din keledaimu perlu kamu kasihani tuh, keberatan membawamu”. Yang lain menimpali, ”biasanya kamu kepasar jalan kaki, tapi semenjak kamu punya keledai, kamu semakin nampak tolol”. Masih banyak lagi olok-olok lainnya yang mereka lontarkan kepada Brodin.

Melihat dan mendengarkan orang-orang yang mengolok-oloknya itu, Brodin hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Sementara itu Brodin tetap saja menunggangi keledainya itu sampai ke pasar yang dituju.

Selesai dengan urusannya dipasar, seperti biasa Brodin pulang dengan membawa beberapa barang keperluannya. Dalam perjalan pulang, Brodin melalui jalan yang sama dengan jalan yang dilaluinya tadi waktu berangkat ke pasar.

Kali ini yang nampak susah payah berjalan dengan beban berat dipunggungnya adalah Brodin. Peluhnya membasahi muka dan sebagian bajunya. Brodin berjalan pulang dari pasar dengan memanggul keledai dan barang-barang bawaannya.

Orang-orang di pinggir jalan yang suka menggunjingnya mulai mengolok-ngolok saat Brodin lewat didepannya. ”Din, apa gunanya kamu punya keledai?” Yang lainnya ada yang menyindir, ”itulah gunanya keledai mempunyai majikan”. Masih banyak lagi cemooh dan sindiran yang mereka lontarkan kepada Brodin.

Melihat orang-orang itu dengan segala cemooh dan perkataan mereka, Brodin hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada mereka. Brodin terus saja meneruskan perjalanannya pulang ke rumah dengan tetap memanggul keledai dan barang-barang bawaannya itu.

Kejadian seperti itu telah terjadi beberapa minggu. Selama itu pula Brodin menerima cemooh, olok-olok maupun sindiran dari orang-orang dipinggir jalan itu. Hingga, sampailah keesokan harinya Brodin tidak kepasar tapi pergi untuk mengundang orang-orang yang biasa ditemuinya itu.

Malam harinya pada waktu yang telah ditentukan, orang-orang yang diundang oleh Brodin, telah datang ke rumah Brodin. Ternyata, Brodin mengundang mereka untuk makan bersama.

Setelah Brodin menjelaskan maksud acara makan bersama tersebut untuk bersyukur, tanpa bisa menolak, akhirnya orang-orang yang telah diundang oleh Brodin, makan bersama.

Sebelum orang-orang beranjak dari tempat masing-masing seusai makan, seorang diantara mereka berbasa-basi bertanya, ”mana keledai kurus yang malang punyamu itu Din?”. Mendengar pertanyaan itu, hampir semua yang hadir tertawa.

Dengan tenang Brodin bercerita, ”yah, keledai saya itu adalah harta paling mahal dari semua yang aku miliki. Keledai saya itu memang baik, tak pernah rewel atau protes. Namun bagaimanapun juga, saya sebagai pemiliknya lebih tahu kondisinya. Saya tahu kapan dia harus membantu saya, kapan pula saya membantu atau merawatnya. Saya pula yang tahu kapan saya membutuhkan dagingnya. Diapun pasrah ketika tadi pagi saya mengorbankannya untuk hidangan makan bersama kita tadi. Mohon maaf, adakah dari tuan-tuan yang ingin protes atas kejadian ini?”

Tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka kecuali kata terima kasih dan salam pamit pulang.

4 komentar:

Panggil Aku "LINDI" mengatakan...

eeeemm...., kayaknya saya pernah dengar cerita ini tapi yg ceritanya versi seorang bapak dan anak naik keledai yang akhir ceritanya agak kocak bin lucu , yakni si keledainya yang malah digendong oleh si bapak karena ia serba salah menyikapi mendengar ejekan orang lain. yaa gitu dee... yg pasti hikmahnya adalah banyaknya orang atau mungkin kita sendiri terkadang terlalu banyak bahkan sering hanya bisa 'berkomentar ' tanpa adanya contoh nyata kemanfaatan yang telah kita lakukan untuk orang lain ...... ( eeeemmm ! rodo' jeruu keto'ane ... he..he..he..)

Adam mengatakan...

yaah..mungkin untuk kejar tayang dan ngirit ongkos, mangkanya kali ini brodin nggak ngajak anaknya segala... hehehee...

Adam mengatakan...

kalau kita melihat kepada diri sendiri, kita sering tidak puas dengan apa yang kita alami atau kita terima....padahal begitulah pemilik kita menghendakinya...dan pemilik kita yang lebih tahu.. ;-)

LINDI SETIARSO mengatakan...

Yaaakk sippp and ... ! Faidza 'Azamta Fatawakkal'alAllah